Oleh : Aimee (VIII)
Menurut saya puisi “Aku” karya Chairil Anwar bukan sekadar rangkaian kata-kata,
Melainkan sebuah teriakan jiwa. Melalui puisi ini, Chairil menggambarkan sosok “aku” sebagai pribadi yang keras kepala, berani, dan penuh semangat untuk menolak tunduk pada nasib ataupun aturan yang membatasi.
Ada kekuatan luar biasa dalam setiap lariknya. Kita bisa merasakan betapa kerasnya keinginan untuk terus hidup, berjuang, dan melawan — bahkan ketika hidup terasa penuh luka. Baris terkenal “Aku mau hidup seribu tahun lagi” menjadi simbol dari hasrat yang nyala-nyala, keinginan untuk terus ada, terus berteriak, terus bermakna.
Chairil menggunakan bahasa yang sederhana, namun penuh daya ledak emosi. Puisinya terasa kasar sekaligus jujur, seolah-olah ia bicara langsung dari kedalaman dirinya, tanpa banyak basa-basi. Imaji-imaji yang dia bangun mengajak kita melihat dunia lewat mata seorang pemberontak — seorang yang lebih memilih patah tulang daripada patah semangat.
“Aku” adalah gambaran tentang manusia yang ingin tetap menjadi dirinya sendiri, meski dunia kadang terlalu keras untuk dihadapi. Sebuah puisi pendek, tapi gaungnya panjang — menyentuh, membakar, dan menggetarkan siapapun yang membacanya.
Tinggalkan Balasan